Rabu, 09 Juli 2014

Contoh RPP 2013 Bahasa Jawa

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN

Satuan Pendidikan      : SMP Negeri 1 Magelang
Mata Pelajaran            : Bahasa Jawa
Kelas/Semester            : VII/I
Materi Pokok              : Memahami isi teks cerita rakyat
Alokasi Waktu            : 4 x 40 menit (2 pertemuan)

A.    Kompetensi Inti
1.      Menghargai dan menghayati ajaran agama yang dianutnya.
2.      Menghargai dan menghayati perilaku jujur, disiplin, tanggungjawab, peduli (toleransi, gotong royong), santun, percaya diri, dalam berinteraksi secara efektif dengan lingkungan sosial dan alam dalam jangkauan pergaulan dan keberadaannya.
3.      Memahami pengetahuan (faktual, konseptual, dan prosedural) berdasarkan rasa ingin tahunya tentang ilmu pengetahuan, teknologi, seni, budaya terkait fenomena dan kejadian tampak mata.
4.      Mencoba, mengolah, dan menyajikan dalam ranah konkret (menggunakan, mengurai, merangkai, memodifikasi, dan membuat) dan ranah abstrak (menulis, membaca, menghitung, menggambar, dan mengarang) sesuai dengan yang dipelajari di sekolah dan sumber lain yang sama dalam sudut pandang/teori.

B.     Kompetensi Dasar
Peserta didik mampu:
No.
Kompetensi Dasar
Indikator Pencapaian Kompetensi
1.       
1.1        Menerima anugerah Tuhan Yang Maha Esa berupa Bahasa Jawa sebagai bahasa Ibu.

1.2 Menerima anugerah Tuhan Yang Maha Esa berupa Bahasa Jawa dengan memanfaatkannya sebagai bahasa komunikasi masyarakat Jawa.
1.1.1 Bersyukur kepada Tuhan atas anugerah keberagaman budaya Jawa yang adiluhung.


1.2.1   Menjaga kelestarian keberagaman budaya Jawa yang adiluhung.
2.       
2.1        Memiliki perilaku jujur, disiplin, bertanggung jawab, peduli (toleransi dan gotong royong, santun, percaya diri dalam menyampaikan informasi atau menanggapi berbagai hal atau keperluan sesuai dengan tata krama Jawa.

2.2 Menunjukkan perilaku berbahasa yang santun yang ditunjukkan dengan ketepatan penggunaan ragam bahasa (unggah-ungguh basa)
Menunjukkan perilaku, tindakan, dan perbuatan yang mencerminkan kepribadian Jawa.

2.1.1        Mendiskripsikan keberagaman budaya Jawa yang adiluhung melalui tingkah laku yang santun dan  mengandung rasa ingin tahu untuk menggali lebih jauh.





2.2.1 Mendiskripsikan keunggulan budaya Jawa yang adiluhung dengan rasa bangga dan rasa ikut handarbeni.


3.       
3.1 Memahami isi teks cerita rakyat
1. Mendengarkan wacana cerita rakyat
2. Mengartikan kata-kata yang dianggap sukar
3. Mengajukan dan menjawab pertanyaan tentang isi wacana yang didengarkan
4. Menceritakan kembali isi/amanat cerita

4.       
4.1 Menceritakan kembali isi teks cerita rakyat dengan ragam ngoko
1. Menentukan pokok-pokok isi teks cerita rakyat dengan benar
2. Menceritakan kembali isi teks cerita rakyat

C.    Tujuan Pembelajaran
            Setelah mengikuti serangkaian kegiatan pembelajaran budaya, peserta didik didik dapat:
1.      Mengucapkan syukur kepada Tuhan atas anugerah keberagaman hasil budaya Jawa yang Adiluhung.
2.      Berdasarkan contoh teks cerita rakyat yang telah disimak sebelumnya, dapat memahami isi dari cerita rakyat dengan benar.
3.      Merefleksikan hasil memahami cerita rakyat pengamatan menggunakan bahasa Jawa yang adiluhung dengan menunjukkan keunggulan bahasa yang ada di daerah se-tempat.
4.      Menumbuh-kembangkan bakat siswa untuk melestarikan bahasa Jawa khususnya dalam memahami cerita rakyat.

D.    Materi Pembelajaran
1.      Pertemuan 1
1.1  Rekaman (audio) cerita rakyat Jaka Tingkir.
1.2  Unsur-unsur instrinsik cerita rakyat. (Lampiran 2)

2.      Pertemuan 2
2.1  Contoh teks cerita rakyat Jaka Tingkir. (Lampiran 1)
2.2  Cara menceritakan kembali isi cerita rakyat.

E.     Metode Pembelajaran
Metode pemodelan, Tanya jawab, diskusi, bermain peran, penugasan, dan analisis kesalahan berbahasa.

                                                       
F.     Sumber Belajar
Cerita rakyat Jaka Tingkir

G.    Media Pembelajaran
a.       Teks cerita rakyat Jaka Tingkir
b.      Rekaman cerita rakyat Jaka Tingkir
c.       Laptop
d.      Speaker

H.    Kegiatan Pembelajaran
PERTEMUAN 1
Kegiatan Awal
-          Siswa mengucapkan salam kepada guru.
-          Siswa memimpin doa dengan menggunakan bahasa Jwa.
-          Siswa dan guru bertanya jawab seputar cerita rakyat. Misalnya: Ana apa ora crita rakyat ing dhaerahmu? Apa wae?
-          Siswa memperhatikan penjelasan guru mengenai tujuan pembelajaran.
Tujuan Pembelajaran:
1.      Siswa mampu memahami rekaman (audio) cerita rakyat Jaka Tingkir.
2.      Siswa mampu mengartikan kata-kata sulit dalam cerita rakyat Jaka Tingkir.
3.      Siswa mampu menuliskan unsur intrinsik dalam cerita rakyat Jaka Tingkir.

Kegiatan Inti
-          Siswa mendengarkan penjelasan guru tentang unsur-unsur instrinsik cerita rakyat.
-          Siswa mendengarkan rekaman cerita rakyat Jaka Tingkir.
-          Siswa berdikusi dengan kelompok kecil tentang unsur instrinsik yang terdapat dalam cerita rakyat Jaka Tingkir.
-          Setiap perwakilan kelompok membacakan hasil diskusi kelompok tentang unsur instrinsik dalam cerita rakyat Jaka Tingkir.
-          Hasil diskusi kemudian dikumpulkan kepada guru untuk dinilai.
-          Siswa dan guru bertanya jawab seputar kata-kata sukar dalam cerita rakyat Jaka Tarub, kemudian mendiskusikan bersama.


Kegiatan Akhir
-          Siswa dan guru menyimpulkan pembelajaran cerita rakyat Jaka Tingkir.
-          Siswa diberi pembahasa dari guru tentang unsur instrinsik yang terdapat dalam cerita rakyat Jaka Tingkir.
-          Siswa diberi pertanyaan singkat seputar isi cerita rakyat Jaka Tingkir.
-          Siswa dan guru melakukan refleksi.
-          Siswa berdoa dan mengucap salam untuk menutup pembelajaran.

PERTEMUAN 2
Kegiatan Awal
-          Siswa mengucapkan salam kepada guru.
-          Siswa memimpin doa dengan menggunakan bahasa Jwa.
-          Siswa dan guru bertanya jawab seputar cerita rakyat. Misalnya: Wis padha ngerti crita Jaka Tingkir ta? Crita Jaka Tingkir crita rakyat saka ngendi?
-          Siswa memperhatikan penjelasan guru mengenai tujuan pembelajaran.
Tujuan Pembelajaran:
1.      Siswa mampu menganalisis isi dan amanat dalam cerita rakyat Jaka Tingkir.
2.      Siwa mampu menyampaikan isi dan amanat cerita rakyat Jaka Tingkir.
3.      Siswa mampu menceritakan kembali cerita rakyat Jaka Tingkir.

Kegiatan Inti
-          Siswa memahami teks cerita rakyat Jaka Tingkir yang diberikan oleh guru.
-          Siswa berdiskusi dalam kelompok mengenai isi dan amanat cerita rakyat.
-          Setiap perwakilan kelompok membacakan hasil diskusinya.
-          Siswa dan guru bertanya jawab seputar aspek-aspek yang perlu diperhatikan dalam membaca cerita rakyat.
-          Setiap siswa secara bergantian menceritakan kembali cerita rakyat Jaka Tingkir dengan bahasa Jawa ngoko, sedangkan guru menilai sesuai aspek yang telah dijelaskan sebelumnya.





Kegiatan Akhir
-          Siswa bersama guru menyimpulkan isi dan amanat yang terdapat dalam cerita rakyat Jaka Tingkir.
-          Siswa dan guru bertanya jawab berkaitan dengan cerita rakyat Jaka Tingkir.
-          Siswa dan guru melakukan refleksi.
-          Siswa berdoa dan memberi salam untuk menutup pelajaran.

I.       Penilaian Proses dan Hasil
Penilaian Proses dan Hasil (terlampir di Lampiran 3)















                                                                                    Magelang, Juni 2014
Mengetahui,                                                               
Kepala SMP                                                                           Guru Mata Pelajaran



 ________________________                                               _________________________
NIP. ...                                                                                                NIP. ...


LAMPIRAN 1
Teks Cerita Rakyat Jaka Tingkir
JAKA TINGKIR
Jeneng asline yaiku Mas Karebet, putra saka Ki Ageng Pengging. Jeneng mau, asale saka bapakke nanggap wayang beber ngepasi laire Jaka Tingkir. Nalika Mas Karebet umur sepuluh taun, Ki Ageng Pengging diukum pati, merga dituduh mbrontak saka Kesultanan Demak. Ora sawetara suwe ibune uga seda. Banjur Mas Karebet dipek anak dening Nyi Ageng Tingkir. Dheweke pamit marang Nyi Ageng Tingkir saperlu meguru.
Jaka Tingkir     : “Nyi, kula sampun gadhah tekad menawi ajeng meguru lan nyinau ilmu agama”.
Nyi Ageng      : “Apa kowe pancen wes mantep karo apa sing bakal kok lakoni..”
Jaka Tingkir     : “Nggih Nyi. Kula sampun mantep lahir batin.”
Nyi Ageng     : “Yowis nek kuwi pancen sing mbok karepake. Aku gur isa nyangoni donga.”.
Jaka Tingkir     : “Nggih Nyi. Matursuwun sanget.”
             Dheweke meguru marang Sunan Kalijaga, banjur meguru maneh menyang Ki Ageng Sela. Dening Ki Ageng Sela, diaku anak lan digandeng sedulurke karo putu-putune yaiku Ki Juru Martani, Ki Ageng Pemanahan Lan Ki Panjawi. Jaka Tingkir lunga menyang Kasultanan Demak Bintoro. Ing Demak, dheweke mangggon ing omahe Kyai Gandamustaka (pamane Jaka Tingkir) kang dadi lurah ganjur (ngurusi mesjid). Dening Sultan Trenggana, Tingkir diangkat dadi lurah wiratamtama.
            Ing sawijining dina, Kesultanan Demak nganakake sayembara milih prajurit. Tingkir kang diutus mbiji. Ana salah sijining calon prajurit kang rupane ala senengane pamer lan umuk, arane Dadungawuk.
Jaka Tingkir     : “ Sapa jenengmu? Kok koyone nduwe kasektian kang luwih tinimbang liyane.”
Dadungawuk : “ Aku Dadunggawuk. Pancen aku iki sekti. Urung ana sing bisa ngalahke aku.”
Jaka Tingki    : “ Apa iya ngono?? Aku ora seneng nak ana calon prajurit sing kayak kowe.
                            Pamer karo umuk.”
Dadungawuk  : “ Aku ora pamer, pancen kuwi kasunyatane.”
Jaka Tingkir           : “ Yoh, nek pancen ngono, saiki kowe tanding karo aku. Sapa sing menang kuwi sing paling sekti.”
Jaka Tingkir kang ora seneng marang calon prajurit iku banjur nguji kasektene, tanpa dinyana, Dadungawuk tiwas sanalika. Marga saka prastawa iku, Tingkir banjur ditundung saka Demak.
Jaka Tingkir banjur meguru marang  Ki Ageng Banyubiru. Ora let suwe Ki Ageng Banyubiru menehi lemah kanggo Jaka Tingkir.
Ki Ageng Banyubiru    : “Jaka,aku nduwe barang kang isa gawe kowe ketampa maneh ana ing Kesultanan Demak.”
Jaka Tingkir                 : “Barang menapa Ki?’
Ki Ageng Banyubiru : ‘Lemah. Gawanen menyang Demak. Kowe mengko bakal ngerti dhewe Kesaktiane kanggo napa. Kowe mengko uga dikancani muridku Kanca,                Wila, lan Wuragil.”
Jaka Tingkir                 : “Nggih. Matursuwun Ki. Nyuwun pangestunipun.’
Ki Ageng Banyubiru   : “Iyo.ati-ati.”
            Rombongane Jaka Tingkir ngliwati kali Kedung Srengenge nganggo getek Kyai Tambak Boyo. Ing tengahing kali, rombongane Jaka Tingkir dicegat siluman baya. Kekarone adu kasekten, baya-baya padha kalah, banjur aweh pambiyantu marang rombongane Jaka Tingkir nganti tekan sebrange kali.
            Tumekane ing Demak, Jaka Tingkir ngeculake kebo kang wis dileboni lemah ana kupinge lan digiring menyang lapangan. Kebo mau ngamuk ora karuan. Lan ora ana kang bisa ngadepi polahe. Sultan Trenggana kelingan marang kasektene Jaka Tingkir, lan ngutus prajurit supaya Jaka Tingkir bisa ngrampungi ontran-ontran mau.
 Sultan Trenggono       : “Prajurit, golekana sing jenenge Jaka Tingkir supaya isa ngalahake kebo
                                      sing lagi ngamuk ana ing Demak iki.”
Prajurit                                    : “Nggih Sultan. Nanging wonten pundi kula saged madosi?”
Sultan Trenggono        : “ Pokoke digoleki nganti ketemu.”
            Ora angel anggone Jaka Tingkir ngalahake kebo mau. Marga saka tumindake, Sultan Demak ngangkat Tingkir dadi Lurah Tamtama maneh.
            Kasektene Jaka Tingkir, ndadekake dheweke dadi bupati Pajang lan ganti jeneng dadi Adipati Hadiwijaya. Duwe bojo Ratu Mas Cempaka, putri saka Sultan Trenggana. Sawuse Sultan Trenggana seda ing taun 1546, putrane kang aran Sunan Prawoto ngganteni dadi ratu, ananging tiwas ing tangane Arya Penangsang kang isih kapetung sedulur saka Jipang. Aryo Penagsang uga mateni Pangeran Kalinyamat (putra mantu Sultan Trenggana kang dadi bupati Jepara).
            Arya Penangsang ngirim utusan kangggo mateni Hadiwijaya ing Pajang, Ananging tekan Pajang utusane Arya Penangsang malah diladeni kanthi becik lan diwenehi hadiah. Ratu Kalinyamat njaluk Hadiwijaya supaya mateni Arya Penangsang, Ananging merga isih ana gandheng sedulur Hadiwijaya rumangsa pakewuh yen mateni kanthi cara terang-terangan.
Ratu Kalinyamat      : “ Arya Panangsang kuwi wis kliwat wates. Nek dijarke apa ora marai cilaka kowe karo rakyatmu sing ana kene.”
Hadiwijaya               : “ Sakjane aku yo mikir kaya ngono, ananing nak aku nganti kanthi terang – terangan Arya Panangsang aku ora isa. Gelem ora gelem aku isih ana gandheng sedulur.”
Ratu Kalinyamat      : “ lha terus saiki kekarepanmu kaya apa? Kowe yo ora iso to nak tetep ngejarke ?’
Hadiwijaya               : “ Aku arep nganakake sayembara. Sapa kang bisa mateni Arya Penangsang, tanah Pati lan Mataram dadi duweke.
Mula dheweke nganakake sayembara. Ki Ageng Pemanahan lan Ki Panjawi melu sayembara mau. Lan kang bisa niwasake Arya Penangsang yaiku Ki Juru Martani (ipene Ki Ageng Pemanahan).
Sawuse prastawa ing taun 1549 kasebut, Ratu Kalinyamat menehake Keraton Demak marang Hadiwijaya. Pusate dipindah ing Pajang lan Hadiwijaya dadi ratu kang sepisanan.Sultan Hadiwijaya uga ngangkat Mas Manca dadi patih kanthi gelar Patih Mancanegara, banjur Mas Wila lan Ki Wuragil didadekake menteri kanthi pangkat ngabehi.
Ki Panjawi antuk hadiah tanah Pati kanthi gelar Ki Ageng Pati. Ananging Ki Ageng Pemanahan isih nunggu merga Sultan Hadiwijaya ora age-age menehake tanah Mataram. Nganti taun 1556, tanah Mataram isih ditahan dening Hadiwijaya. Ki Ageng Pemanahan pakewuh arep jaluk marang Hadiwijaya. Sunan Kalijaga kang ngerti kahanan mau, coba nengahi. Alesane Hadiwijaya ngenani hadiah tanah Mataram iku, amerga dheweke was sumelang krungu ramalane Sunan Prapen yen ing Mataram arep lair keraton kang bakale ngasorake Pajang.
Sunan Kalijaga mbujuk Hadiwijaya supaya netepi ing janji. Lan Pemanahan uga wajib sumpah prasetya mring Pajang. Ki Ageng Pemanahan jejuluk Ki Ageng Mataram, lan wajib ngadep mring Pajang.
Ki Ageng Pemanahan peputra Sutawijaya, kang ngganteni dheweke sawuse seda. Mataram ing tangane Sutawijaya saya makmur. Ananging Sutawijaya ora gelem menehi laporan uga ora gelem bayar pajek mring Pajang. Ing taun1582 Raden Pabelan (ponakane Sutawijaya) gawe geger ing taman kaputren Sekar Kedaton( anakke Hadiwijaya), Pabelan diukum pati, lan ramane kang aran Tumenggung Mayang disingkirke menyang Semarang. Ibune Pabelan (adhi saka Sutawijaya) njaluk pitulungan marang kangmase. Sutawijaya ngirim utusan supaya bisa nylametake Tumengggung Mayang saka paukuman. Tumindake Sutawijaya dianggep luuput dening Hadiwijaya, banjur Pajang nyerbu Mataram. Perang mau dimenangake dening pasukan Mataram. Sawuse kalah perang, Hadiwijaya kondur neng Pajang, nandang gerah, banjur seda lan disarekake ana ing Desa Butuh, Sragen.
Ana ing kraton, Lurah Ganjur langsung sungkem marang Sultan Demak lan nyuwun ngapura. Nanging Sultan Demak ngendika yen piyambake kesengsem karo Jaka Tingkir, lan ngangkat Jaka Tingkir dadi lurah prajurit pratama.
Ing sawijine dina, Sultan Demak perlu nambah 400 prajurit tamtama. Calon-calon lurah mau kudu wong sing kuwat, lan sigap. Ing pendapa Kraton Demak dibuka lamaran kango ndaftar prajurit tamtama. Salah sijine kang ndaftar yaiku Dadungawu. Dheweke jejaka saka desa sacedhake Kraton Demak. nPraupane medeni, kumisi dawa, kurang tata krama, lan suba sita. Nanging Dadungawu ing desane terkenal dadi uwong kang kebal marang kabeh jenise gegaman, lan uwong kang sakti mandraguna.
Meruhi Dadungawu kang duweni sipat kang kaya ngono, Jaka Tingkir krasa ora seneng. Terus Jaka Tingkir nantang Dadungawu. Karo Jaka Tingkir, Dadungawu diuji nganggo sada kang ditujes karo godhong suruh. Ana ing tantangan mau, Dadung awu kalah lan dadi patine.
Sultan Demak kang mireng kabar mau nesu, geneya uwong kang ora salah kok dipateni. Jaka Tingkir kang rumamgsa salah, budhal saka Demak lan ngumbara saparan- paran. Jaka Tingkir tekan ing Desa Butuh lan maguru marang Ki Ageng Butuh. Sawise ilmu kang diduweni karo Ki Ageng Butuh wis diajarake kabeh marang Jaka Tingkir, dheweke didhawuhi supaya bali ngabdi marang Demak.
Ing alun-alun Kraton Demak ana kedadeyan kang medeni. Yaiku ana kebo kang lagi ngamuk ora ana prajurit apa dene uwong biyasa kang bisa ngalahake kebo mau. Sultan kang mirsani yen Jaka Tingkir ana ing pingir alun-alun, ngutus marang prajurite supaya mrentah marang Jaka Tingkir dikon ngalahake kebo mau. Jaka tingkir kang wis duweni ilmu kang akeh saka Ki Ageng Butuh, langsung maju ing tengah alun- alun lan dheweke gampang wae anggone ngalahake kebo mau.
Sultan Demak kang mirsani sekabehane, langsung dhawuhi Jaka Tingkir supaya sowan. Ana ing Kraton Demak, jawab, pungkasane Jaka Tingkir dadi putra mantune Sultan Demak.
Sultan Demak : Jaka Tingkir, aku wis ngerti kabeh kang mbok lakoni ing Demak iki..
Jaka Tingkir     : Pangapunten Sultan, kula namung njagi menapa ingkang sampun dados kewajiban kula.
Sultan Demak : Kabeh salahmu wes tak ngapurani. Saiki kowe tak angkat dadi lurah prajurit tamtama.
Jaka Tingkir     : Maturnuwun sanget Sultan. Kula bakal ngowahi sedaya sikap kula sing ala lan dados lurah ingkang apik sarta tanggungjawab.


LAMPIRAN 2
Menganalisis Cerita Wayang Ramayana (Anoman Duta)

I. TOKOH

No.
Tokoh
Perwatakan
1.
Mas Karebet/Jaka Tingkir


2.
Nyi Ageng Tingkir


3.
Dadungawuk


4.
Ki Ageng Banyubiru


5.
Sultan Trenggono


6.
Arya Penangsang


7.
Ratu Kalinyamat

8.
Sunan Kalijaga

9.
Sultan Demak


II. LATAR
Waktu

Tempat
Suasana








III. ALUR
Pengenalan

Penggawatan
Klimaks
Peleraian
Penyelesaian













LAMPIRAN 3          

            Penilaian Proses dan Penilaian Hasil

Penilaian Proses
No.
Aspek yang Dinilai
Teknik Penilaian
Waktu Penilaian
Instrumen Penilaian*
Keterangan
1
2
3
4
5
6
7
8
9
Religius
Disiplin
Tanggung jawab
Jujur
Toleran
Santun
Kerja sama
Percaya diri
Proaktif
Pengamatan
Proses
Lembar Pengamatan
(Lampiran 3)


Penilaian Hasil
Indikator Pencapaian Kompetensi
Teknik penilaian
Bentuk Penilaian
Instrumen
1.      Menyebutkan kata-kata sukar dalam cerita rakyat Jaka Tingkir.
Tes Tertulis
Tes Uraian
Sebutna tembung-tembung sing mbok anggep angel ing crita Jaka Tingkir!
2.      Menganalisis unsur instrinsik dalam cerita Jaka Tingkir
Tes Tertulis
Tes Uraian
Sebutna unsur-unsur unsur instrinsik ing crita Jaka Tingkir! Jelasna!
3.      Menyampaikan isi dan amanat cerita Jaka Tingkir
Tes Tertulis
Tes Uraian
Coba golekana isi lan amanat saka crita Jaka Tingkir mau!
4.      Menceritakan kembali cerita Jaka Tingkir
Tes Perbuatan
Berbicara





Tidak ada komentar:

Posting Komentar