Rabu, 18 Juni 2014

Sinopsis novel Trunojoyo karya Gamal Komandoko

Mataram di bawah pemerintahan Sultan Agung dapat menaklukan Madura dari berbagai peperangan yang telah Mataram lakukan, dan akhirnya Sultan Agung menunjuk Raden Prasena sebagai penguasa tunggal di Madura dengan gelar Cakraningrat. Selama dua puluh satu tahun sejak penaklukan Madura, Mataram telah sangat jauh mengalami perubahan dan kesejahteraan rakyat semakin meningkat. Wilayah kekuasaan Mataram pun kian meluas sejak menaklukan Madura. Kemudian pada tahun 1645, Sultan Agung wafat dan jasadnya dimakamkan di Imogiri. Sejak itu tahta Mataram diserahkan kepada Raden Sayidin yang terkenal dengan gelar Sunan Amangkurat Agung. Amangkurat Agung pun telah dinobatkan menjadi Raja Mataram setelah diadakan acara penobatan menggunakan kembang Wijayakusuma yang sangat sulit didapatkan. Saat bertahta, Amangkurat menginginkan istana dipindah ke Plered dengan bangunan yang sangat megah. Hari-hari Amangkurat Agung dihabiskan untuk bersenang-senang dengan dua permaisurinya dan selir-selir yang tak terhitung jumlahnya. Karena perilaku sang raja yang kurang baik itu, maka secara diam-diam Tumenggung Danupaya, Tumenggung Pasisingan dan Agra Yudha berusaha membujuk Pangeran Alit (adik Amangkurat Agung) untuk menggulingkan kekuasaan Amangkurat Agung. Akan tetapi rencana tersebut telah diendus oleh Amangkurat Agung. Maka saat itu juga, Amangkurat Agung mengutus Tumenggung Danupaya untuk menjadi senapati perang di Blambangan supaya Tumenggung Danupaya mati di peperangan. Amangkurat Agung lalu memenggal kepala Tumenggung Pasisingan dan Agra Yudha. Akan tetapi karena rasa sayang terhadap sang adik, maka Amnangkurat tidak memberi hukuman kepada Pangeran Alit, tetapi hanya menyuruh Pangeran Alit untuk menyerahkan para abdi dan pengikutnya. Akan tetapi, Pangeran Alit melakukan pemberontakan dan akhirnya dia wafat karena terhunus kerisnya sendiri. Mendengar semua kejadian itu, maka Tumenggung Danupaya meminum racun saat menjadi senapati perang, tetapi saat itu prajurit Mataram telah berhasil menaklukan Blambangan dan Bali. Setelah pemberontakan Pangeran Alit, kelakuan Amangkurat kain menjadi-jadi dan bahkan ia melakukan hubungan kerjasama dengan pihak kompeni VOC.

Trunojoyo merupakan anak dari Demang Melayakususma dan cucu Cakraningrat. Trunojoyo saat itu kehilangan sang kakek dan menjadi yatim akibat pemberontakan Pangeran Alit di Plered. Saat itu juga, pemerintahan Madura dipimpin oleh adik Demang Melayakusuma yang bergelar Cakraningrat II. Cakraningrat II sangat loyal terhadap Amangkurat Agung. Dia mencoba membunuh Trunojoyo karena Trunojoyo dianggap membahayakan bagi jabatannya, hal itu dikarenakan rakyat Madura sangat menyayangi Trunojoyo. Namun Trunojoyo berhasil melarikan diri sebelum Cakraningrat II berhasil menangkap dan membunuh Trunojoyo. Trunojoyo saat itu ingin mengabdi kepada Adipati Anom akan tetapi waktunya tidak tepat. Saat itu Tejoningrat sedang bermasalah dengan ayahnya karena dia telah merebut calon istri ayahnya yang berupa Roro Oyi, dan Tejoningrat diasingkan ke Lipura. Trunojoyo akhirnya mengurungkan niat untuk mengabdi kepada Tejoningrat dan memilih untuk mengembara hingga tiba di Kajoran. Disana ia bertemu dengan Panembahan Rama, kemudian ia menikah dengan anak Panembahan Rama. Lewat Panembahan Rama pula Trunojoyo dikenalkan dengan Tejoningrat. Saat itu Tejoningrat meminta bantuan kepada Panembahan Rama untuk menggulingkan kekuasaan ayahnya. Panembahan Rama pun menyuruh Trunojoyo untuk membantu Tejoningrat dalam memberontak kekuasaan Amangkurat Agung. Dalam pemberontakannya, Trunojoyo mendapat bantuan dari Kraeng Galengsong dari Makassar. Kraeng Galengsong yang akhirnya mati di tangan Trunojoyo karena dianggap telah berkhianat terhadap Trunojoyo. Pemberontakan yang dilakukan Trunojoyo dan Kraeng Galengsong berbuah kemenangan dan hal ini membuat Tejoningrat senang. Pemberontakan Trunojoyo semakin dianggap membahayakan bagi seluruh warga istana Plered, maka Amangkurat Agung memutuskan untuk melakukan pengungsian untuk menyelamatkan nyawanya. Dalam pengungsian tersebut Amangkurat Agung jatuh sakit dan meminta minum air kelapa. Tetapi betapa teganya, tenyata air kelapa tadi sudah dimasuki racun oleh Adipati Anom. Sebenarnya Amangkurat Agung telah mengetahuinya dan tetap meminum air kelapa tadi, bahkan dia telah mengetahui rencana pemberontakan yang dilakukan Adipati Anom untuk menggulingkan kekuasaanya. Akan tetapi sebelum wafat, Amangkurat Agung berpesan kepada Adipati Anom untuk melawan Trunojoyo dan bergabung dengan Kompeni jika ia menginginkan tahta Mataram. Sejak saat itu Adipati Anom bersumpah ingin membalas dendam kepada Trunojoyo yang telah tega memfaatkan dirinya. Setelah kematian Amangkurat Agung, Adipati Anom memerintah Mataram dengan gelar Amangkurat Senapati ing Alaga. Dia menjalin kerjasama dengan pihak Kompeni Belanda seperti wasiat ayahnya. Dengan batuan Kompeni, maka sang Raja membalas dendam dengan berperang melawan pasukan Trunojoyo. Hingga akhirnya Amangkurat Senapati ing Alaga dapat menangkap Trunojoyo. Dibunuhlah Trunojoyo dengan cara yang begitu sadis dengan cara menusukkan keris Kiai Belaber pada tubuh Trunojoyo hingga tembus. Kemudian hati Trunojoyo dipotong dan dimakan beramai-ramai oleh para petinggi kraton. Sedangkan kepala Trunojoyo dijadikan tempat membersihkan kaki lantas kepala Trunojoyo ditumbuk hingga hancur lebur. 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar