Sinopsis novel Trunojoyo karya Gamal Komandoko
Mataram di bawah pemerintahan Sultan Agung dapat
menaklukan Madura dari berbagai peperangan yang telah Mataram lakukan, dan
akhirnya Sultan Agung menunjuk Raden Prasena sebagai penguasa tunggal di Madura
dengan gelar Cakraningrat. Selama dua puluh satu tahun sejak penaklukan Madura,
Mataram telah sangat jauh mengalami perubahan dan kesejahteraan rakyat semakin
meningkat. Wilayah kekuasaan Mataram pun kian meluas sejak menaklukan Madura.
Kemudian pada tahun 1645, Sultan Agung wafat dan jasadnya dimakamkan di
Imogiri. Sejak itu tahta Mataram diserahkan kepada Raden Sayidin yang terkenal
dengan gelar Sunan Amangkurat Agung. Amangkurat Agung pun telah dinobatkan
menjadi Raja Mataram setelah diadakan acara penobatan menggunakan kembang
Wijayakusuma yang sangat sulit didapatkan. Saat bertahta, Amangkurat
menginginkan istana dipindah ke Plered dengan bangunan yang sangat megah.
Hari-hari Amangkurat Agung dihabiskan untuk bersenang-senang dengan dua
permaisurinya dan selir-selir yang tak terhitung jumlahnya. Karena perilaku
sang raja yang kurang baik itu, maka secara diam-diam Tumenggung Danupaya,
Tumenggung Pasisingan dan Agra Yudha berusaha membujuk Pangeran Alit (adik
Amangkurat Agung) untuk menggulingkan kekuasaan Amangkurat Agung. Akan tetapi
rencana tersebut telah diendus oleh Amangkurat Agung. Maka saat itu juga,
Amangkurat Agung mengutus Tumenggung Danupaya untuk menjadi senapati perang di
Blambangan supaya Tumenggung Danupaya mati di peperangan. Amangkurat Agung lalu
memenggal kepala Tumenggung Pasisingan dan Agra Yudha. Akan tetapi karena rasa
sayang terhadap sang adik, maka Amnangkurat tidak memberi hukuman kepada
Pangeran Alit, tetapi hanya menyuruh Pangeran Alit untuk menyerahkan para abdi
dan pengikutnya. Akan tetapi, Pangeran Alit melakukan pemberontakan dan
akhirnya dia wafat karena terhunus kerisnya sendiri. Mendengar semua kejadian
itu, maka Tumenggung Danupaya meminum racun saat menjadi senapati perang,
tetapi saat itu prajurit Mataram telah berhasil menaklukan Blambangan dan Bali.
Setelah pemberontakan Pangeran Alit, kelakuan Amangkurat kain menjadi-jadi dan
bahkan ia melakukan hubungan kerjasama dengan pihak kompeni VOC.
Trunojoyo merupakan anak dari Demang Melayakususma dan
cucu Cakraningrat. Trunojoyo saat itu kehilangan sang kakek dan menjadi yatim
akibat pemberontakan Pangeran Alit di Plered. Saat itu juga, pemerintahan
Madura dipimpin oleh adik Demang Melayakusuma yang bergelar Cakraningrat II.
Cakraningrat II sangat loyal terhadap Amangkurat Agung. Dia mencoba membunuh
Trunojoyo karena Trunojoyo dianggap membahayakan bagi jabatannya, hal itu
dikarenakan rakyat Madura sangat menyayangi Trunojoyo. Namun Trunojoyo berhasil
melarikan diri sebelum Cakraningrat II berhasil menangkap dan membunuh
Trunojoyo. Trunojoyo saat itu ingin mengabdi kepada Adipati Anom akan tetapi
waktunya tidak tepat. Saat itu Tejoningrat sedang bermasalah dengan ayahnya
karena dia telah merebut calon istri ayahnya yang berupa Roro Oyi, dan
Tejoningrat diasingkan ke Lipura. Trunojoyo akhirnya mengurungkan niat untuk
mengabdi kepada Tejoningrat dan memilih untuk mengembara hingga tiba di
Kajoran. Disana ia bertemu dengan Panembahan Rama, kemudian ia menikah dengan
anak Panembahan Rama. Lewat Panembahan Rama pula Trunojoyo dikenalkan dengan
Tejoningrat. Saat itu Tejoningrat meminta bantuan kepada Panembahan Rama untuk
menggulingkan kekuasaan ayahnya. Panembahan Rama pun menyuruh Trunojoyo untuk
membantu Tejoningrat dalam memberontak kekuasaan Amangkurat Agung. Dalam
pemberontakannya, Trunojoyo mendapat bantuan dari Kraeng Galengsong dari
Makassar. Kraeng Galengsong yang akhirnya mati di tangan Trunojoyo karena
dianggap telah berkhianat terhadap Trunojoyo. Pemberontakan yang dilakukan
Trunojoyo dan Kraeng Galengsong berbuah kemenangan dan hal ini membuat
Tejoningrat senang. Pemberontakan Trunojoyo semakin dianggap membahayakan bagi
seluruh warga istana Plered, maka Amangkurat Agung memutuskan untuk melakukan
pengungsian untuk menyelamatkan nyawanya. Dalam pengungsian tersebut Amangkurat
Agung jatuh sakit dan meminta minum air kelapa. Tetapi betapa teganya, tenyata
air kelapa tadi sudah dimasuki racun oleh Adipati Anom. Sebenarnya Amangkurat
Agung telah mengetahuinya dan tetap meminum air kelapa tadi, bahkan dia telah
mengetahui rencana pemberontakan yang dilakukan Adipati Anom untuk
menggulingkan kekuasaanya. Akan tetapi sebelum wafat, Amangkurat Agung berpesan
kepada Adipati Anom untuk melawan Trunojoyo dan bergabung dengan Kompeni jika
ia menginginkan tahta Mataram. Sejak saat itu Adipati Anom bersumpah ingin
membalas dendam kepada Trunojoyo yang telah tega memfaatkan dirinya. Setelah
kematian Amangkurat Agung, Adipati Anom memerintah Mataram dengan gelar
Amangkurat Senapati ing Alaga. Dia menjalin kerjasama dengan pihak Kompeni
Belanda seperti wasiat ayahnya. Dengan batuan Kompeni, maka sang Raja membalas
dendam dengan berperang melawan pasukan Trunojoyo. Hingga akhirnya Amangkurat
Senapati ing Alaga dapat menangkap Trunojoyo. Dibunuhlah Trunojoyo dengan cara
yang begitu sadis dengan cara menusukkan keris Kiai Belaber pada tubuh
Trunojoyo hingga tembus. Kemudian hati Trunojoyo dipotong dan dimakan
beramai-ramai oleh para petinggi kraton. Sedangkan kepala Trunojoyo dijadikan
tempat membersihkan kaki lantas kepala Trunojoyo ditumbuk hingga hancur lebur.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar